SINOPSIS FILM MY NAME IS KHAN
Film keempat garapan
Karan Johar ini mengisahkan tentang Rizwan Khan(Shahrukh
Khan) yang menderitaAsperger’s syndrome. Dia tidak seperti orang-orang kebanyakan, karena sikapnya yang
sedikit aneh seperti terus membungkuk, berjalan setengah melompat, tak menatap
mata lawan bicaranya, bergumam menirukan suara-suara orang lain, takut pada
tempat-tempat yang baru, warna kuning, dan kebisingan, dia juga tidak bisa
mengekspresikan perasaannya, dan selalu menggenggam tiga butir kerikil.
Meskipun demikian dia sangat jenius. Di scene awal film ini,
tampak Rizwan sedang mengetik, mencari data-data tentang presiden
Amerika, George W. Bush, melalui internet. Dia menjadawalkan perjalanannya sesuai
perjalan George W. Bush. Namun saat di bandara San Francisco dia dicurigai sebagai
teroris dan terlambat naik pesawat.
Dia menuliskan
perasaan dan segala yang dialaminya pada buku catatan pemberian ibunya. Adanya
flash back saat scene itu membuat penonton mengenal Rizwan Khan lebih dekat.
Dia yang sejak kecil menderita syndrome seperti anak autis membuatnya dianiaya
di sekolah. Ibunya yang diperankan oleh Zarina
WahabJimmy Shergill) kurang diperhatikan sehingga dia cemburu dan hubungannya
dengan Rizwan menjadi kurang baik. Setelah mereka dewasa, adiknya memutuskan
mengambil beasiswa ke Amerika sedangkan Rizwan tinggal bersama ibunya di
Mumbai, India. tidak putus asa dan memohon seseorang untuk menjadi
gurunya. Rizwan menguasai bahasa Inggris dan dapat memperbaiki alat-alat yang
rusak. Hal tersebut membuat ibunya semakin bangga dan mencurahkan seluruh
perhatian padanya. Padahal Rizwan memiliki seorang adik bernama Zakir yang juga
sangat pintar
Terdapat scene saat
Rizwan menguping percakapan orang-orang di depan rumahnya saat terjadi bentrok
antara orang hindu dan muslim yang terjadi di Mumbai. Mereka mengucapkan
kata-kata kasar dan Rizwan mengikutinya. Ibunya terkejut mendengar ucapan
Rizwan yang terus berulang, lalu dia mengajarinya tentang perbedan yang ada di
dunia bahwa tak ada bedanya orang hindu dan muslim, karena di dunia hanya ada
dua macam orang yaitu orang baik dan orang jahat.
Perjalanan Rizwan
berlanjut menggunakan bis dan flash back saat Ibunya meninggal dan dia ikut
Zakir ke Amerika. Dia tinggal di San Francisco dan membantu pekerjaan Zakir
dengan mempromosikan produk kecantikan. Rizwan mencoba semua produknya dan
mengingat khasiat produknya. Kemudian dia mempromosikannya dengan sangat jujur.
Saat akan menyebrang jalan dia melihat banyak warna kuning di sekitarnya,
membuatnya ketakutan dan hampir tertabrak kereta listrik. Semua orang kesal dan
berteriak, membuat Rizwan semakin panic, tapi seseorang menyuruh mereka semua
tenang dan meninggalkannya. Disitulah awal pertemuannya dengan Mandira (Kajol),
seorang janda muda yang memiliki seorang anak bernama Sameer (Yuvaan Makaar). Rizwan menyukainya dan selalu datang ke salon tempat Mandira
bekerja.
Istri Zakir,
Haseena (Sonya Jehan), adalah seorang dosen psikologis dan dia yang pertama kali
mendiagnosis Rizwan menderita Asperger’s syndrome. Dia memberikan Rizwan handy came agar dia
tidak takut pada tempat-tempat baru. Handycame itu tidak hanya berguna untuk
mengatasi ketakutannya, tapi dia gunakan juga untuk merekam Mandira saat sedang
bekerja. Rizwan meminta Mandira memotong rambutnya dan saat itu dia mengatakan,
“Marry me”. Mandira terkejut dan menganggap Rizwan hanya bercanda, tapi dia
terus mengatakannya berulang-ulang sampai Mandira kesal dan memberikan syarat padanya
untuk menemukan satu tempat di San Francisco yang belum pernah dia kunjungi.
Sameer (Sam) mulai menyukai Rizwan saat mereka pergi ke museum
dan Rizwan berhasil memenangkan kuis dengan menebak nama binatang
sebanyak-banyaknya. Kemudian Rizwan bersama Madira dan Sam mengunjungi
tempat-tempat yang dia janjikan pada Madira, namun semua tempat yang mereka
kunjungi sudah pernah Madira kunjungi sebelumnya. Sampai suatu hari Rizwan
mengajak Madira keluar dan melihat kota San Francisco dari atas bukit yang tertutup
awan lalu pelan-pelan awannya menghilang menunjukan kemegahan kota. Madira
tersentuh dan mau menikah dengan Rizwan. Ekspresi Rizwan saat itu tampak
dipaksakan dan menjadi sangat menggelikan, sepertinya Shahrukh
Khan berusaha keras
menahan luapan kegembirannya mengingat perannya sebagai penderita Asperger’s syndrome.
Madira dan Rizwan
menikah tanpa persetujuan Zakir. Dia hanya ingin adiknya menikah dengan orang
beragama Islam, sedangkan Madira beragama Hindu. Meskipun Zakir tidak setuju,
pernikahan tetap berlangsung dan Haseena datang merestui mereka. Mereka tinggal
di kota Banville, bertetangga dengan keluarga Garrick. Mereka hidup harmonis,
Madira membuka salon sendiri dan Rizwan berhasil menjadi ayah yang baik
sekaligus teman terbaik bagi Sam Khan (membawa nama belakang ayahnya).
Namun serangan WTC pada 11 September yang berkaitan dengan
perang Afghanistan dan agama Islam merubah segalanya. Rizwan dan Madira
mengunjungi keluarga Garrick yang kehilangan anggota keluarganya akibat
serangan WTC. Rizwan menggunakan baju koko serba putih dan membaca surat
Al-Fatihah diantara orang-orang yang membawa lilin yang beragama Kristen.
Orang-orang disekitarnya menghindar dan memnadang sinis kearahnya. Reese anak
dari keluarga Garrick, yang juga sahabat Sam, juga menjauhi Sam. Di sekolah Sam
dikucilkan dan dikerjai teman-temannya karena memiliki nama belakang Khan.
Rizwan memberikan Sam sepatu, namun Sam sedikit kesal karena
kejadian di sekolahnya. Tak lama kemudian dia meminta sepatunya dan meminta
maaf karena telah membentak. Keesokan harinya dia menggunakan sepatu itu. Dia
menemui Reese memintanya berteman kembali, tapi terjadi perdebatan diantara
mereka di lapangan sepak bola. Hal itu menarik perhatian siswa senior dan ikut
menghajar Sam. Sam tidak terima dirinya terus disalahkan karena kejadian 11
September itu. Reese mencoba melerai tapi anak yang lain memegangnya. Sam
menendang bola dan mengenai kepala salah satunya. Dan anak itu menendang balik
tepat ke jantung Sam. Hal itu menyebabkan Sam meninggal.
Madira sangat tertekan dia menyesal karena menikahi seseorang
yang memiliki nama Khan. Dia juga terus mencari tahu siapa yang membunuh
anaknya. Sedangkan Reese terus menutup mulut karena diancam siswa senior.
Madira meminta Rizwan pergi. Saat adegan ini Kajol beracting optimal, dia
meluapkan kesedihannya di tengah lapangan tempat Sam meninggal. Dia berteriak
pada Rizwan dan merasa lebih baik mati. Rizwan yang panic memintanya jangan
mati. Lalu Madira mengusir Rizwan dan dia baru boleh kembali setelah mengatakan
pada Presiden dan semua warga Amerika kalau yang bernama Khan bukan teroris dan
Sam bukan teroris. Dia tidak bersalah.Rizwan pun pergi menggunakan sepatu Sam
dan melakukan perjalanan menemui Presiden.
Alur maju-mundur
dalam film ini tidak begitu menganggu karena flash back ditempatkan di
sela-sela perjalanan Rizwan. Banyak orang yang dia temui dari mulai sepasang
muslim yang enggan sholat karena menyesuaikan diri dengan orang disekitarnya
yang bukan muslim, pemilik penginapan yang diserang oleh berandalan karena dia
orang India dan dikira muslim, hingga seorang anak Afrika-Amerika, Joel, yang
tinggal di Wilhemina, Georgia. Dia tinggal di rumah Joel dan Mama Jenny. Adegan
yang menyedihkan saat Rizwan bercerita tentang Sam di Gereja Wilhemina. Dia
menceritakan apa adanya dan membuat orang-orang, yang juga kehilangan anak dan
saudara akibat perang, meneteskan air mata. Rizwan tidak bisa berkata lagi. Dia
tidak bisa menangis meskipun hatinya sangat sakit. Joel melengkapi suasana itu
dengan menyanyikan lagu We Shall Overcome dan Rizwan bergumam lagu very
Indianya Honge Kaamyaab yang pernah dinyanyikan dengan Madira. Semua orang di
gereja berdiri dan bernyanyi untuk Rizwan. “We shall overcome, We shall
overcome, We shall overcome, some day. Oh, deep in my heart, I do believe. We
shall overcome, some day.”
Rizwan melanjutkan
perjalanan, sebelumnya dia gagal menemui Presiden, sehingga kini di Los Angeles
dia memprediksi jalur yang akan dilewati Presiden. Dia berdoa terlebih dahulu
di mesjid, disana Faisal Rahman (Arif
Zakaria) sedang berpidato dan
menyerukan untuk melawan bangsa Yahudi. Rizwan menentangnya dan melemparkan
kerikil sambil meneriakan kata setan pada Faisal Rahman. Rizwan menghubungi FBI
dan mengatakan kalau disana ada teroris, tapi mereka tidal merespon. Saat
Presiden Bush datang, dia menerobos kerumunan orang sambil meneriakan “My name
is Khan and I am not a terrorist!” Seorang reporter merekam Rizwan dan sadar
apa yang dikatakannya, namun orang disekitarnya mengira kalau dia teroris.
Rizwan ditangkap dan diletakan di sel yang sewaktu-waktu suhunya berubah dari
panas hingga dingin seperti dalam lemari es.
Reporter magang yang merekam Rizwan penasaran dengan
pernyataannya dan dia yakin pria bernama Khan itu bukan teroris. Di medianya
rekaman itu ditolak, sehingga dia meminta tolong pada Reporter senior untuk
menayangkannya. Zakir dan Haseena diwawancarai, mereka menjawab pertanyaan
mengenai alasan Khan melontarkan pertanyaan itu. Lalu hal itu menimbulkan
empati dan dukungan dari berbagai pihak. Rizwan pun dibebaskan. Kepolisian
melacak rekaman suara saat Rizwan menghubungi FBI dan menangkap Faisal Rahman.
Saat Rizwan akan
keluar kantor polisi dia mencium parfum Madira. Dia berlari ke pintu belakang
mengikuti aroma istrinya dan melihat Madira yang akan naik taksi. Dia merasa
tenang saat melihatnya lagi, tapi belum bisa kembali karena belum menepati
janjinya. Di toko barang elektronik dia melihat tayangan mengenai badai yang
melanda Wilhemina, Georgia. Dia mengkhawatirkan Mama Jenny dan Joel, sehingga
dia menunda perjalanannya. Banjir setengah badannya tidak membuatnya menyerah,
semua rumah telah hancur dan telah banyak korban yang meninggal. Dia menuju
gereja dan menemukan semua orang berkumpul disana dalam keadaan yang
memprihatinkan. Untunglah Mama Jenny dan Joel selamat. Mama Jenny terkejut
melihat Rizwan datang, dia menyuruhnya pergi karena disana sangat berbahaya.
Tepat saat itu atap gereja roboh dan Rizwan memperbaiki semuanya. Hanya satu
yang tak bisa Rizwan perbaiki, yaitu nyawa seseorang.
Reporter menemukan Rizwan di Georgia lalu
menayangkan liputannya. Semua orang yang berempati pada Rizwan datang
berbondong-bondong membawa bantuan untuk warga Wilhemina yang selama ini
terpinggirkan karena berkulit hitam. Salah seorang senat berkulit hitam
menonton tayangan itu dan kagum pada kegigihan dan ketulusan Rizwan. Di waktu
yang sama, Reese memberitahu Madira tentang pelaku yang membunuh Sam. Reese dan
siswa senior di sekolahnya ditahan polisi. Sarah (Katie A. Keane), ibu Reese
dan juga sahabat Madira, meminta padanya untuk memaafkan Rizwan. Dia
mengatakan “I’ve lost my husband, so don’t lose him.”Maka Madira pergi
Georgia untuk menemuinya. Saat mereka bertemu, seorang pengikut Faisal Rahman
datang dan menusukan pisau di perut Rizwan. Rizwan segera dirawat di Rumah
Sakit, ditemani Madira. Saat Rizwan sadar, Madira menyuruhnya berhenti menemui
Presiden. Tapi Rizwan mengatakan kalau dia selalu menepati janji.
Rizwan akhirnya dapat
bertemu dengan presiden yang baru, seorang senat berkulit hitam yang
mengaguminya, Barack Obama (Christopher B. Duncan). Dia berkata pada Rizwan, “Your name is Khan and you are not a
terrorist”.Film ini mengandung banyak pesan. Selain kegigihan seorang
penderita Asperger’s syndrome dalam menepati janjinya. Jika ingat pesan ibunya Rizwan,
di dunia ini hanya ada dua macam orang yaitu orang baik dan orang jahat, maka
kita tinggal memilih akan menjadi orang macam apa? Dan tentunya setelah
menonton film ini kita memilih menjadi orang baik yang disenangi dan dikagumi
banyak orang seperti Khan. Kita harus selalu ingat bahwa tidak ada perbedaan antara
agama, ras, suku, atau warna kulit karena kebaikan bisa kita lakukan pada siapa
pun. Fim ini juga membuktikan kebenaran pernyataan ‘di balik kekurangan selalu
ada kelebihan’, dan Rizwan Khan memiliki kelebihan otak yang encer dan hati
yang tulus.
Karan Johar
memberikan warna yang berbeda pada film ini, tiga film sebelumnya yaitu Kuch
Kuch Hota Hai (1998), Kabhi Khushi Kabhie Gham (2001), Kabhi Alvida Naa Kehna
(2006) dan film-film Bollywood lainnya selalu ada tarian dan lagu dengan latar
yang berubah-ubah dari mulai taman berbunga, pepohonan, kolam, sampai
basah-basahan. Tapi film ini sangat berbeda! Semua natural dan tidak ada
perubahan latar dan music yang drastic. Ada saat Kajol dan Shahrukh Khan menari
dengan pengamen sambil memberikan buah dan itu sangat singkat. Saat Kajol dan
Shahrukh Khan berada dalam satu frame mereka lebih sering memberikan kesan yang
lucu, mungkin karena Shahrukh Khan menjadi penderita Asperger’s syndromeatau karena Karan Johar yang mengurangi kesan romantic di film
ini. Meskipun berbeda, film ini menjadi dapat dinikmati oleh siapa pun, tidak
hanya pencinta Bollywood.
Pasangan Kajol dan Shahrukh Khan menjadi pasangangan yang fenomenal,
selain di film ini mereka juga pernah berpasangan di film Dilwale Dulhania Le
Jayenge (Dir. Aditya Chopra -1995), Kuch Kuch Hota Hai (Dir. Karan Johar -
1998), Kabhi Khushi Kabhie Gham (Dir. Karan Johar - 2001). Pasangan paling
romantic ini telah merebut hati penonton sejak awal, acting mereka juga tidak
diragukan lagi karena selalu maksimal dan natural. Peran Shahrukh Khan di film
ini memang lebih sulit, namun Kajol dapat mengimbanginya sehingga Shahrukh Khan
tidak terlihat terlalu aneh, malahan dia tampak luar biasa.
Meskipun film bertema autis bukan satu-satunya dimiliki My Name
is Khan, namun film ini mengandung pesan yang sangat menyentuh. Film lainnya
yang bertema autisme adalah Tom Hanks is Forrest Gump, Rainman, dan I am Sam.
Ketiga film itu memiliki cirri khas sendiri dan pemerannya juga berhasil
menampilkan perannya dengan sangat baik. Tom Hanks dalam film Forrest Gump
menjadi orang ber IQ 75 yang memiliki kelebihan berlari sangat cepat melebihi
orang normal. Dustin Hoffman dalam Rain Man merupakan sarjana autis yang
cacat dan film ini terinspirasi dari kisah nyata Kim Peek. Sedangkan Sean Penn
dalam I am Sam adalah seseorang yang berusia 40 tahun tapi sikapnya seperti
anak kecil berusia 7 tahun. Dari ketiga peran tersebut hanya Shahrukh Khan lah
yang tidak terlalu menonjolkan autismenya. Dia memang berbeda dari orang
normal, tapi dia memiliki kehidupan normal. Lagi pula jalan cerita di film ini
juga tidak terlalu kompleks. Meskipun mengangkat banyak isu seperti Asperger’s syndrome, bentok Hindu-Islam di Mumbai, Tragedi WTC, diskriminasi agama
Islam di Amerika, ras Afrika-Amerika yang terpinggirkan, hingga pergantian
presiden Amerika, namun inti cerita dari film ini sangat simple yaitu
perjalanan seorang ayah yang menderita Asperger’s syndrome untuk menemui Presiden dan mengatakan bahwa yang bernama
Khan bukanlah teroris. Sedangkan film serupa yang mengisahkan perjalan seorang
autisme dalam film “Forrest Gump” tampak lebih kompleks karena memiliki
banyak kisah dari mulai dia kecil, menjadi tentara, menjadi atlet tenis meja,
lalu bertemu kembali dengan teman kecil yang dia cintai, lalu wanita itu hilang
dan dia mencarinya dengan berlari mengelilingi Amerika Serikat selama lebih
dari tiga setengah tahun, saat menemukannya wanita itu memiliki anaknya dan
kemudian mati karena virus. Sulit memahami inti ceritanya dan hanya seperti
sebuah perjalan yang dramatis.
Jika dilihat berdasarkan sinematografinya, film ini banyak
memunculkan tempat-tempat baru yang fresh. Dari mulai Mumbai hingga San
Francisco. Setting desa terpencil di Wilhemina juga sangat bagus dan kontras
dengan kota besar San Francisco. Apalagi view di atas kota San Francisco yang
ditunjukan Rizwan pada Mandira, sangat indah dan romantis!
Penggarapan film ini pastilah tidak mudah, ada beberapa hal
kecil yang kurang diperhatikan sutradara muda sukses ini, seperti ketakutan
Rizwan pada warna kuning. Saat Rizwan tertinggal bis dan tak memiliki uang lagi
dia membuat papanbertuliskan “Repair Almost Anything” yang berwarna kuning,
entah karena pencahayaannya yang salah atau benar-benar papan itu berwarna
kuning, tapi Karan mungkin lupa kalau Rizvan akan histeris ketika melihat warna
kuning. Dan saat Riwan beberapa kali berada diantara kerumunan orang yang sudah
pasti bising, penonton akan sedikit heran dan bertanya apa dia menggunakan
penutup telinga seperti saat naik kereta listrik dengan Mandira? Pada awalnya
sedikit saja kebisingan dan warna kuning bisa membuat Rizwan lari
terbirit-birit atau menutup kuping panic, tapi lama kelamaan dia seperti biasa
menghadapi semua itu. Atau ketakutan-ketakutan itu hanya untuk menguatkan fakta
kalau Rizwan penderitaAsperger’s syndrome? Lalu satu hal lagi mengenai Rizwan yang tidak bisa meluapkan
emosi. Ada saat dia meneteskan air mata di rumah sakit, saat dirawat akibat
luka tusukan pengikut Faisal Rahman, padahal saat kematian ibunya dan Sam
dia sama sekali tidak menangis. Memang saat itu Shahrukh Khan telah melewati
banyak rintangan untuk menepati janjinya dan dia juga terharu karena Mandira akhirnya
ada disisinya lagi, tapi seharusnya dia ingat kalau dia adalah Rizwan Khan.
Kecuali kalau ternyata cinta bisa menyembuhkan Asperger’s syndrome, maka semua ketakutan dan hal yang tidak biasa bagi Rizwan
boleh saja tidak dimunculkan lagi. Tapi selebihnya film ini sangat bagus dan
tak heran jika mendapatkan banyak penghargaan!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar